Jumat, 23 Agustus 2013

melihat negeri dari kejauhan tepukan tangan para propagandis.

menulis..

sudah sepekan lebih tidak menulis langsung tanpa ada hasrat untuk menulis.

pengen nyantai seperti dipantai.
daripada mikirin ilmu yang terus membuat orang lebih keblinger jika mengetahui..

kalo ada yang memperhatikan gerak dan laju sepeda kumbang.
terulang kembali masa yang seperti dulu.

mending nyantai...


sekalian denger lagu ....

biar nyantai..

melihat kebar-baran dan lagi-lagi banyaknya anak-anak Tk yang ditanya secara subtantid akar pemasalahan malah jawab asal-asalan.

Sudah bergelar Prof.
sudah bergelar Polit__Tikus __biro kerjasama Antara Kesinambungan api dengan macan.

selalu saja peng-elakkan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan Narasumber.
sehingga membikin mata mu tampak berbohong di bandingkan Orang-orang Jujur yang berbicara.

orang jujur berbicara matanya itu tidak melirik kekanan--dan ke kiri.
secara tidak disadari mereka yang ada di corong-corong Propagandis dari beberapa partai ternama di negeri ini selalu saja membikin iklan dan janji-janji BUI.


weeeew.

semakin dilihat semakin asam saja ma'na dan penjelasan disaat mereka berdiskusi.
semakin tidak mau dihisap saripati pemikirannya.

bagi hati-nurani yang masih mengetahui mana yang benar dan tidak berbohong, tampak seperti melihat pesakitan yang selalu saja menjadi mengucek matanya dengan deterjen otak-otak untuk mengeluarkan seribu bahkan jutaaan alasan untuk selalu membohongi rakyat yang sudah dihujung panas nya kepala ini.

sebenarnya malas sekali untuk menulis tentang kejadian di Nusantara dengan perpolitikkan yang selalu membikin untah dikala melihat iklan-iklan senyuman manis dan janji-janji dusta-belaka. namun apa-hal yang harus disesali, selalu saja kuganti channel nya dengan menonton filem kartun yang tak ku mengerti suara yang keluar. Hanya menertawai lakon-lakon yang ada di imajinasi nakal penulis.

Perekonomian.

Dalam beberapa har ini banyak orang yang meng-garuk kepalanya sendiri, karena melihat akan datang krisis ekonomi yang membuat semua mata terbelalak ketika rupiah akan jatuh nilai nya dari pasar yang memperdagangkan uang-saham yang tidak pernah disentuh oleh tangan-tangan yang mencangkul sawah, oleh tangan-tangan yang selalu mengupas bawang, oleh tangan-tangan yang selalu menguliti dan menghitung Uang Receh.

begitu banyak kekayaan alam di Nusantara
itu semua adalah anugerah oleh yang kuasa.
namun lagi-lagi selalu membakar amarah yang terpendam
membakar pipa-pipa subsidi untuk kaum papa.

Filter ini sudah tidak ada rasanya.
Nasi ini sudah tidak ada rasanya.
Daging sapi pun sudah tidak ada rasanya.
yang ada hanya tenda-tenda silaturahmi dari elite-elite kuasa.











Wasalam.

Jakarta. Salemba Raya.

Agung Tuanany










Tidak ada komentar:

Posting Komentar





Agung Tuanany

Salemba Raya
Penajra Bau-Tanah