Sedikit menulis tentang Hari Lahirnya Pancasila. dan untuk mengikuti Ekspedisi NKRI ke-7 di koridor Papua Selatan.
PENDAHULUAN
Pemahaman keadilan sila ke-5 yang ditulis pada Burung Garuda sebagai lambang dan simbol Negara Republik indonesia (NKRI) mengajarkan kepada penulis bahwa keadilan di nusantara dapat terwujud setelah manusia-manusia Indonesia itu telah Bertuhan; memiliki manusia yang beradab; manusia Indonesia yang bersatu; rakyat Indonesia bisa dipimpin oleh pemimpin yang hikmat serta bijaksana; setelah itu baru rakyat Indonesia bisa bersatu.
Kepentingan nasional paska
era reformasi mengalahkan kepentingan rakyat, terutama kepentingan
eksistensi (keberadaan) golongan, kepentingan Suku, kepentingan Agama,
dan kepentingan Ras.
HAK dan KEPENTINGAN RAKYAT PAPUA
Melihat letak papua di kacamata potensi Mineral-nya, potensi Flora-nya,
yaitu akumulasi sumber daya alamnya, tidak sebanding dengan potensi
sumber daya manusia-nya. Hingar bingar agenda-agenda pembangunan dari
pesta demokrasi di pusat negara ini tidak membuat anak-anak papua
terbebas dari "New Kolonialisme", yaitu papua hari ini telah dikuasai
oleh kepentingan-kepentingan yang tidak bisa membangun generasi emas
papua. kepentingan yang hanya mengurusi Freeportnya Macmoran. Padahal
secara geografis papua bukan-llah hanya freeport semata.
Betapa tidak, sepertinya generasi-generasi emas papua hanyalah sebuah kutukan dikarenakan begitu besarnya potensi sumber daya alamnya. kesalahan siapakah ini?.
Penulis mencoba menarik sejarah ke-belakang.
Indonesia selalu menjadi ajang kepentingan kapitalisme global antar
berbagai negara-negara maju nan digdaya, baik itu dari eropa barat
(Spanyol, Portugis, Belanda, Inggris) sejak abad ke-14 hingga
pertengahan abad ke-19. Karena sangat besar dan luasnya geografis
Nusantara sehingga potensi-potensi sumber daya alam Indonesia hanya
di-nikmati oleh negara kapitalis yang merubah bajunya sebagai
kolonialis, dan kita (generasi hari ini) hanya sebagai penonton yang
duduk diluar meja makan kepentingan generasi-generasi tua yang telah
menjual kepentingan negara kepada negara kapitalis modern. Keselahan
siapakah ini.
Sampai hari ini, Indonesia timur khususnya Papua
merupakan wilayah di NKRI yang paling amat sangat kurang mendapat
perhatian strategis dari pemangku-pemangku kepentingan bidang Ekonomi,
Politik, Sosial-Budaya, dan Pertahanan-Keamanannya. Halaman belakang
Indonesia ini yang luasnya lebih dari 7 kali pulau jawa hanya menjadi
halaman dengan lahan tidur yang perlu dibangunkan baik dari segi
kandungan sumber daya alamnya (Geo-Ekonomi) maupun dari sumber daya
manusianya dengan potensi-potensi yang ada.
KEMBALI MENJAYAKAN PAPUA PASKA KEPEMIMPINAN NASIONAL BUNG KARNO.
Apakah hanya di era kepemimpinan nasional Bung Karno Indonesia mampu
mengelola takdir geopolitik bangsanya sehingga menjadi negara yang
diperhitungkan dalam percaturan politik internasional (1950-1960). Bung
Karno berani menggempur Belanda di Irian Barat, melalui kombinasi
serangan militer dan seranga diplomasi di forum-forum internasional yan
disebut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Pemahaman Nilai
strategis Bung Karno terhadap papua di era perang dingin yang terjadi
antara blok Amerika Serikat dengan North Atlantic Treatry Organization
(NATO) melawan Uni Soviet dengan Republik Rakyat China (RRC), demi
menjaga stabilitas nasional pada era tersebut Bung Karno menjadikan
melek Geopolitik sebagai modal utama Pancasila menancapakan kukunya atas
Irian Barat karena kesadaran bahwa di halaman belakang NKRI ini sumber
yang menjadi lumbung gas, emas, minyak mentah yang sangat besar nilainya
untuk dikelola oleh dan untuk rakyat Indonesia.
Sejatinya hari
ini Indonesia hanya menjadi perpanjang tangan kepentingan New
Imperialisme yang disusupi oleh beberapa oknum tekhnokrat yang merubah
Undang-Undang Dasar 45 di tangan leglislatif maupun eksekutif tua untuk
melindungi para investor dari Amerika Serikat beserta sekutunya untuk
merecoki perusahaan milik negara (BUMN) yaitu dapur pemerintahan yang
sah setelah era Sukarno.
Lebih celaka lagi keluarnya
Undang-Undang No.1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing pada era
Presiden Suharto mendapat dukungan strategis oleh sebuah Dewan Penasehan
Ekonomi (Economic Advisory Group) yang terdiri daru Warburg and Co,
Lehman Brothers dan Lazard Freres. Membuat era ke-emasan dan era
-revoulsi Bung Karno telah terkaburkan untuk generasi penulis, tidak ada
yang perlu di salahkan.
Begitupun juga di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menerbitkan, lebih elok yang melincinkan Investor serbu mendapatkan kemenangan yang nyata dengan ditanda-tanganinya Undang-Undang Penanaman Modal No.25 tahun 2007.
Komplit llah sudah kesengsaraan anak-anak papua yang selalu meneriakkan
kebebasan sehingga keblabasan menjadi Gerakan separatis karena tidak
mendapatkan Hak-Hak sandang, pangan maupun papan.
BUDAYA DENGAN PANCASILA SEBAGAI TAMENG PEKARANGAN NUSANTARA
Salah satu suku tertua di belahan selatan papua yang sangat lugu namun
arif dan luhur untuk menjaga hutan beserta isinya dengan selalu
berpatron kepada adat llah yang menyelamatkan Asmat tenggelam dan sirna
terhapus dari sejarah.
Indonesia memiliki bargain yang paling
kuat di antara benua Asia dengan Australia, yaitu berupa chek point
dalam pengendalian perairan yang dilewati lintasan Sea Lane Of
Communication (SLOC) termasuk lalu lintas udara di atasnya. Australia,
China, Jepang, Amerika, Perancis, Inggris, dan beberapa negara maju
lainnya bisa menjerit terkencing-kencing jika sistem transportasi
ekspor-impor terputus. Hal diatas menyebabkan pasokan baik bahan baku
mentah (raw material) yaitu berupa material yang dipasok dari perut bumi
ibu pertiwi dengan mengeluarkan rempah-rempah hingga minyak sawit yg
tersebar di tanah-tanah yang di kavling oleh perusahaan swasta asing,
membuat pasar negara maju tersebut bisa rusak sampai lenyap dari pasokan
bahan baku. Dimana para pembaca pun tau isi perut bumi Nusantara ini
yang terdiri dari beribu elemen untuk menghidupkan industri-industri
pembuat persenjataan, industri-industri baja pembuat kapal perang,
pembuat peluru serta dan masih banyak lagi, yang mungkin pembaca llah
yang bisa membuat contoh-contoh komoditas SDA yang bisa mengancam
stabilitas negara-negara adidaya diatas.
Kebesaran dan
kedigdayaan yang sungguh dahsyat ini jika tidak bisa dijaga oleh seluruh
rakyat beserta Tentara yang Nasionalis maka akan membuat Indonesia
menjadi aktor kunci yang terus di rampok secara perlahan sehingga
anak-anak Indonesia secara tidak sadar telah mati akal dan tubuhnya
untuk kemajuan Ekonomi, Sosial dengan Budayanya.
sekali lagi penulis hanya mencoba membuka orientasi yang sudah hilang ruh-nya, yaitu untuk setiap kebenaran yang sengaja di hapus dari sejarah oleh para Ilmuwan, teknokrat yang merong-rong NKRI demi kepentingan pihak asing (negara asing).
Referendum yang telah disebutkan dalam TAP MPR
No. V/MPR/1983 mengatakan : " Jika perubahan UUD 1945 harus diubah maka
didahului dengan meminta pendapat rakyat melalui referendum." Namun
hasil yang didapat selaik yang penulis dan generasi hari ini rasakan UUD
yang di sahkan setelah era Bung Karno hanya menjadi "bidan" atas
lahirnya 78 UUD, yang terakhir adalah UU Terorisme. Undang-Undang diatas
hanyalah alat tukar untuk suatu hukum yang tumpul di kalangan- kalangan
elitnya kekuasan yang tidak semewah budaya dan burung garuda yang
terpampang di muka kelas papan-papan kayu trembesi dengan kaki
compang-camping yang tidak berdasi serta memakai topi merah di sekolah
dasar pedalaman hutan papua.
menurut beberapa informasi, untuk penyusunan Amandemen Undang-Undang Dasar, menurut rincinya adalah sebagai berikut :
1. Amanedemen pertama = US$ 95 Juta.
2. Amandemen Kedua = US$ 45 Juta.
3. Amandemen Ketiga = US$ 35 Juta.
3. Amandemen Keempat = US$ 25 Juta.
Sudah menjadi pembicaraan luas yamg terdengar seantereo stadion Dewan
Perwakilan Rakyat baik di pusat hingga di daerah. Ihwal adanya
keterlibatan Amerika Serikat dalam mengurus lobi-lobi elit dan
mempengaruhi hampir sebagian anggota lima tahun DPR RI dalam penyusunan
beberapa undang-undang terkait beberapa sektor yang strategis yang
mempengaruhi hidup hajat kemakmuran masayarakat Indonesia khususnya
Indonesia kawasan timur pagar halaman belakang NKRI.
Kebodohan
pada tiga sektor strategis nasional kita yaitu Migas, Kelistrikan, dan
Sumberdaya Air. Realitanya untuk menyusun Undang-Undang No.22 Tahun 2001
tentang Minyak dan Gas Bumi, Legislatif mendapat bantuan pelicin meja
dari United State Agency for International Development (USAID) dan Bank
Dunia, dengan bantuan yang di taruh sebesar US$ 40 juta. Jika pada era
itu Rupiah bernilai Rp 20.000- saja sudah membuat mogok ekonomi
nasional, pembaca bisa mengetahui hasilnya.
Belum lagi
Undang-Undang No.21 Tahun 2002. Tentang Ketenagalistrikan, anggota yang
bijak tersebut mendapat bantuan dari Asian Development Bank (ADB)
sebesar US$ 450 Juta.
Sebelum terakhir, penyusunan Undang-Undang
No.7 Tahun 2004. Tentang Sumberdaya Air, anggota yang tidur itu
lagi-lagi mendapatkan bantuan semir dari World Bank (WB) sebesar US$ 50
juta.
yang terdekat agenda Undang-Undang No. 15 tahun 2003.
Tentang Terorisme yang akan di revisi, para elite legislatif mau dikasih
berapa lagi, pembaca budiman yang akan mengetahuinya.
Penanggapan yang reaktif membuat penjaga-penjaga Nusantara tidak akan
menerima kedaulatan Ideologi, ekonomi-politik, sosial-budaya terganti.
Dikarenakan para "new imperial tekhnokrat", yaitu teknokrat imperial
yang tidak berpihak kepada Kelompok penjaga Nusantara. membuat bau bubuk
mesiu dengan letupan peluru kolonialisasi gaya baru membuat penulis
semakin mencium bau aroma kepentingan.
Bersambung...
Wasalam.
Jakarta, Salemba Raya.
Hutan Belantara Kota.
Agung Tuanany.
NB :
Beberapa data, penulis kutip dari buku : Perang Asimetris & Skema Penjajahan Gaya Baru
oleh : M. Arief Pranoto & Hendrajit
Beberapa data, penulis kutip dari buku : Perang Asimetris & Skema Penjajahan Gaya Baru
oleh : M. Arief Pranoto & Hendrajit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Agung Tuanany
Salemba Raya
Penajra Bau-Tanah