Senin, 22 Juli 2013

Iman vs Imajinasi Nakal

Iman vs Imajinasi Nakal

OPINI| 22 July 2013 | 03:28 

Apakah manusia seperti mesin?.


Andaikata sama, maka praktis mustahil memperbaiki atau membetuli manusia ini. Sebab kehidupan manusia terdiri dari bagian-bagian mur dan kabel yang tak terhingga. Reformer atau pemikir manapun tidak akan mampu mengetai semua bagian mur; baut; kabel manusia itu, untuk kemudian berusaha meletakkan tiap bagian di tempat masing-masing.

 

IMAN.

Secara global iman itu ialah kesadaran manusia akan Allah. Salah satu masalah paling azali (baca: permulaan) di hadapan manusia ialah masalah asal-usul pribadi dan eksistensi manusia itu sendiri. Kehidupan manusia ini memang sangat luas, sehingga sekian banyak ensiklopedia, kamus-kamus bahasa tidak akan cukup untuk memuat ilmu-ilmu tentang manusia.

Tulisan ini adalah hasil olah fikir yang menganggap bahwa pertanyaan-pertanyaan yang sarkasme (baca: penggunaan kata-kata pedas untuk menyakiti hati orang lain; cemooh atau ejekan kasar) bak bagaikan angin ribut di tengah lautan pertanyaan ilmu pengetahuan untuk mencari dalil-dalil yang lebih shohih, adalah semata-mata hanya imajinasi yang berkreasi. Entah itu dari kabel-kabel yang ada di otak kanan maupun di otak kiri penulis.

Orang-orang menganggap masalah ke-iman-an adalah masalah yang sublime (baca: mendasar), yang dapat menyebabkan seseorang kelimpungan di kala ditanya oleh seorang anak kecil.
Tidak ada yang menyalahkan pertanyaan, namun tidak ada pula yang membenarkan jawaban-jawaban yang ada.

Sekalipun para Sarjana, cendikiawan dan filosof, dalam berbagai rumusannya, mengakui keunikan wujud manusa dalam memaknai jawaban atas ke-iman-an, sekalipun mereka beda pendapat mengenai sumber dan asal-usulnya.

Lebih Objektif.

Perkembangan ilmiah yang paling penting pada beberapa abad lalu adalah pengkajian segala sesuatu melalui bentuk dan kerangkanya yang nampak (baca: gejala luat), dan memandang semua masalah sebagai semua objektif. Keberhasilan metode ini dalam cabang ilmu pengetahuan tertentu telah membuat sebagian orang menerapkannya pula pada manusia. Beberapa jawaban objektif telah berhasil diperoleh. Yang terpenting di antaranya ialah dua teori uang berpotensi besar untuk menyelesaikan berbagai problema manusia.
Teori pertama mengatakan : "Manusia adalah Makhluk Politik" (Al-insanu Hayawanun Naatiq)./ Manusia adalah hewan yang berbicara. Politik juga membutuhkan kecakapan mendasar di diri manusia, yaitu berbicara sesuka hatinya. Namun masih dalam koridor.

Artinya politik merupakan faktor yang menentukan berbagai segi kehidupan manusia. Politik merupakan pokok yang mencakup dan menggabungkan semua segi selainnya. Tiap segi kemanusiaan, sejak dari kehidupan pribadinya sampai kepada kehidupan keluarga, kelompok (minoritas maupun mayoritas), masyarakat kecil dan besar, mengikuti aspek politik secara langsung atau tidak langsung. Politik diletakkan sebagai sumber pokok, dimana menguasainya berarti menguasai seluruh kehidupan. Sebaliknya kehilangan sumber poko itu berarti kehilangan hidup seluruhnya.

Akan tetapi toeri kedua menolak tafsiran politik sentris itu, untuk kemudian menyatakan : "Manusia adalah makhluk ekonomi".

Artinya bahwa pokok yang mendominasi berbagai segi kehidupan manusia, dalam satu kelompok yang teratur, adalah sistem produksi ekonomis yang merupakan aspek luar daripada kehidupan manusia. Sistem produksi dan distribusi dianggap sebagai pembentuk dan penentu corak warna kehidupan manusia. 

Karenanya -- menurut jalan berfikir seperti itu -- kebaikan atau keburukan manusia serta lembaga-lembaga sosialnya tergantung dan ditentukan kepada dan oleh asas ekonomi (baca: ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang-barang serta kekayaan; pemanfaatan uang, tenaga, waktu, dan sebagainya yang berharga; tata kehidupan perekonomian (suatu negara)).

Menganalisa kedua teori itu di sini tidaklah memungkinkan. Sebab persoalannya tidak hanya sampai di situ saja, dan bahkan bisa membawa kita berlari mengejar setiap sudut pengetahuannya dan akan keluar dari pokok penulisan yang di maui oleh penulis.

Pengkajian ilmiah terhadap pengaruh-pengaruh kedua pokok teori tadi telah memberikan hasil yang sangat signifikan dalam hidup bermasyarakat--hingga bernegara yang adil dan makmur. Para peniliti di zaman moderen kini sangat mengeluh disebabkan karena tesis-tesis yang di lontarkan oleh para pencetus kedua teori di atas hanya mengandung kadar kebenaran Ilmiah (baca: teoritis) yang tipis sekali.

Dari segi praktek ilmiah, maka keadaan-keadaan yang menggejala di negara-negara yang menganut dan menerapkan kedua teori itu tadi cukup membuktikan bahwa kedua teori termaksud gagal menyelesaikan sengkarut marut problematika hewan-hewan yang berbicara. Yang biasa kita lihat di DPR dan Istana Negara ini.

 

Modernisme Sains.

Sains dan falsafah moderen menuduh bahwa ajaran-ajaran Allah dan agama merupakan tipuan semata-mata dan tidak ada kebenaran di baliknya. Tantangan ini bukanlah teriakan orang gila (baca: kurang beres ingatannya; tidak biasa/ tidak sebagaimana semestinya; berbuat yang tidak masuk di akal; kurang ajar), sebab dibelakangnya terdapat pemikiran yang sangat berbahaya, yang mempengaruhi pemikiran manusia pada masa sekarang ini dengan pengaruh yang menjadikan semua sains moderen terpengaruh olehnya dalam kadar yang berbeda-beda.

Lalu apa usaha sekarang? Apakah kita akan terus dalam usaha kita yang pokok? Apakah fakta-fakta alam luar tidak memberikan kepada kita berbagai problema yang membuat kita harus berfikir untuk menemukan cara-cara menghadapinya? Apabila memang demikan dikehendaki, maka dimanakah ia harus ditempatkan dalam kerangka pemikiran kita di muka tadi?.

Kewajibab umum dan abafi di pundak orang-orang yang beriman adalah menghidupkan kenyataan dasar tadi di dalam betuk agama dan bernegara. Tetapi bersamaan dengan ini pula keadaan dan situasi masa senantiasa menciptakan berbagai problema yang harus dihadapi.

Sebenarnya kita berhak memperoleh pertolongan Allah atas perjuangan demi agama. Pertolingan Allah itulah yang akan membukakan jalan kepada kita di dalam keadaan yang sangat susah dan berat.
Dengan menempuh jalan-jalan itu sajalah orang-orang beriman akan sampai kepada tujuan.
Penutup.

Demikianlah, para pembaca budiman yang berakal sehat (baca: tidak gila atau waras) anda semua juga merupakan harapan Allah. Pencipta anda sebenarnya telah mengikat anda dengan harapan, yaitu agar anda semua menjadi duta-duta agama-Nya. Anda sebarkan agama-Nya itu di semua tempat yang di huni, sehingga tidak seorang pun yang tidak mendapat petunjuk agama.

Kalimat-kalimat Tuhan (baca: Wahyu bukan Wangsit) itulah, yang dapat menggoncang wujud manusia akan sampai ke titik yang tidak dapat dicapai oleh ilmu dan olgika. Kalimat itulah yang akan membalik hati-hati (baca: Qolbun) manusua, menundukkan pribadi-pribafi dan dapat mengubah eksistensi manusia seluruhnya.

...
.....
......
Masih mau baca lagi..

Sahur dulu llah biar afdol berbicara ke-iman-an.

Teruntuk padi yang masih menguning.
Teruntuk daun yang mengkerut keriput.
Teruntuk tunas yang masih tumbuh.
Teruntuk benih yang Ku tanam.

Wasalam.

Jakarta. Salemba Raya.

Agung Tuanany.


nb: tulisan ini pun telah di muat di kompasiana.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar





Agung Tuanany

Salemba Raya
Penajra Bau-Tanah