Sabtu, 20 Juli 2013

Revolusi Jihad dalam Pemikiran

Revolusi Jihad dalam Pemikiran

  OPINI| 03 July 2013 | 07:19

Sebagian orang mengatakan, bahwa dewasa ini jihad kedalam, dalam bentuk da’wah yang sebenarnya dan sesungguhnya, dan jihad itu dua-duanya tidak mungkin dilakukan, disebabkan karena orang-orang yang mengaku muslim sendiri sudah lari dari ajaran islam.



Kalangan pemimpin-pemimpin Islam, baik itu dari Organisasi masyarakat Islam, aliran-aliran Islam, terlalu banyak melakukan gerakan-gerakan reaksioner yang terlepas jauh dari konsepsi Islam dan semangatnya dalam membangun. Gerakan-gerakan itu hanya bertolak dari fenomena-fenomena, atau hanya berupa idealisasi atau idealisa-sionisme ajaran islam yang kefilsafat-filsafatan. Ada yang sebagian gerakan tersebut menyerukan kembali kepada Al-Qur’an dan Islam sejati, ada yang mengutamakan soal kebangsaan dan tanah air, ada yang menghendaki ummat ini menyerbu kemana musuh berada, ada yang hanya menghambur tema mempertahankan diri, dan banyak lagi macamnya.

Perbedaan isu dan semangat pergerakan, tetapi faktor utama penggerak perubahan semangat ke-Islaman nya sama, yaitu di gerakkan oleh dorongan-dorongan dari luar, bukan kerinduan dan tekad bulat untuk beragama Islam dalam arti selengkap dan seutuhnya.
Demikian, para orang-orang suci yang di perintah oleh Tuhan diutus untuk ummatnya untuk memperbaiki ummatnya yang sudah lari jauh dari ajaran yang haq; yang sudah menjadi manusia-manusia perusak.

Para orang-orang suci (baca: utusan Tuhan), di utus Tuhan kepada manusia sedunia ini yang sudah tenggelam dalam kemusyrikan. Agama Islam di tengah-tengah ummat mesyrikin. Apakah ada bedanya antara tugas dan keadan yang di hadapi Nabi dahulu itu dengan tugas dan keadaan yang anda hadapi sekarang? Tidak ada bedanya bukan?.

 

KAIDAH DASAR DARIPADA GERAK SEORANG MUSLIM DAN GERAKAN ISLAMIYAH.


Seorang muslim tentu tidak hanya merumuskan pemikirannya untuk memberi reaksi terhadap masalah-masalah kehidupan yang bersifat temporal di dunia saja, melainkan menyusun konsep-konsepnya di bawah naungan hakekat kehidupan abadi. Seorang muslim tentu sanggup menanggung cobaan-cobaan luar, agar tidak bergeser se-arah dari tugasnya yang hakiki.

Seorang muslim akan menempatkan dirinya dalam kerangka kehidupan abadi, tidak hanya terbatas dalakm kungkungan fenomena-fenomena kehidupan temporal. Tatkala menghadapkan diri kepada problem-problem yang menyangkut kehidupan abadi yang maha penting itu, maka hanya orang bodoh sajalah yang sudi membuang-buang tenaga untuk sekedar menanggapi masalah-masalah kehidupan tenporal.

Misi muslim ialah mengingatkan orang-orang akan perkara ukhrowi itu tadi. Membuka peluang untuk berbenturan dengan orang luar dengan masalah-masalah duniaei boleh saja terjadi, dan sang muslim akan menyelesaikannya dengan cara yang memungkinkan mereka berbalik melihat masalah-masalah ukhrawi.


Da’wah yang ditempelkan kepada persengketaan-persengktaan politik dan ekonomi bukanlah da’wah yang sebenarnya, melainkan sandiwara belaka. Da’wah yang sebenarnya ialah da’wah dan usaha meminta pengurbanan tertinggi pada kemaslahatan ummat beragama. Ia tidak akan berwujud nyata selagi seorang muslim tidak sanggup berkurban waktu, berkurban perasaan, berkurban harta dan berkurban segala yang ia punyai.

Al-Qu’ran memerintahkan setiap da’I agar menjadi pembimbing, agar berkata yang dimengerti oleh komunitasnya, bersabar tahan uji menghadapi gangguan yang timbul dari pihak penerima da’wah, menginfaqkan apa-apa yang ada padanya, menjawab kemarahan atau keingkaran orang-orang yang dida’wahi itu dengan da’wah pula, memikat orang dengan akhlak yang mulia, dan bertekad untuk berda’wah yang demikian itu hingga akhir hayatnya.
Namun siapa yang mau mendengar.

“Orang-orang suci sekarang..hanyalah lelucon yang ada di televisi, radio”.

Wasalam.

Jakarta. Salemba Raya

Agung Tuanany


nb: tulisan ini pun telah di muat di kompasiana.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar





Agung Tuanany

Salemba Raya
Penajra Bau-Tanah