Jumat, 26 Juli 2013

Kadang Mendaki, Kadang Terjal

Kadang Mendaki, Kadang Terjal

 OPINI | 24 July 2013 | 15:19 


Bagi wanita, perkawinan banyak unsur persamaannya dengan memasuki gerakan massa. Perkawinan memberinya tujuan hidup yang baru dan pribadi baru. Kebosanan gadis tua dan wanita yang tidak dapat lagi menemukan kebahagiaan dan kepuasan mengembangkan diri dalam hidup perkawinan didasarkan pada kesadaran akan hidup yang kering dan sia-sia. dengan cara turut memperjuangkan suatu ajaran suci dan mengabdikan tenaga dan pikiran pada usaha menyebarkannya, mereka menemukan hidup baru yang penuh dnegan tujuan dan makna.



Hitler memanfaatkan "wanita-wanita lapisan atas yang haus kesibukan, bosan dengan hidup yang hampa, dan tidak lagi memperoleh "kegairahan" dari 'petualangan cinta' ia dibiayai istri-sitri beberapa tokoh pengusaha besar di bidang industri jauh sebelum suami-suami mereka mendengar mengenainya (baca : Hitler).



Miriam Beard menyinggung tentang peranan serupa yang dimainkan istri-sitri bosan para pengusaha sebelum Revolusi Prancis : "mereka hilang akal karena bosan dan mudah dihinggapi kelesuan. Dengan gelisah, mereka sambut gembira setiap kali muncul pembaharu".
barangkali tidak ada petunjuk yang lebih baik mengenai sudah matang atau tudaknya suatu masyarakat untuk gerakan massa daripada tumpukkan kebosanan yang tidak mendapat jalan keluar. Hampir pada semua uraian mengenai masa yang mendahului kelahiran gerakan massa, ada bagian yang menyinggung tentang rasa bosan yang ditmukan di mana-mana. Dan pada tahap-tahap permulaan, gerakan massa kemungkinan besar lebih banyak mendapat dukungan dari orang bosan seperti anda pembaca yang budiman. Daripada dari orang yang terhisap dan tertindas.

bagi pengobar kerusuhan sosial, laporan bahwa rakyat sudah sangat bosan adalah laporan yang sangat menggembirakan, sama dengan laporan bahwa rakyat sangat menderita karena keadaan ekonomi yang buruk atau perlakuan politik yang tidak semena-mena atau tidak kebablasan seperti babi-serigala-burung hantu di sudut gedung DPR - DPD- DPD bahkan sampai Istana Nusantara di jalan medan-ya barat dan timur Monas.



kadang mendaki, kadang terjal.
bila orang merasa bosan, ia bosan terutama dengan dirinya sendiri karena kurang di hargai (baca: respect). Kesadaran akankehidupan yang kering dan tanpa makna adalah sumber utama rasa bosan. Orang yang tidak merasa hidup sendirian seperti misalnya angota suku, Gereja, Partai, Mesjid, Kelompok gerakan bawah tanah, tidak mudah dilanda rasa bosan. Setiap pribadi dapat bebas dari rasa bosan hanya jika ia hanyut dalam kegiatan kreatif atau kegiatan lain yang menariknya, atau bila ia sepenuhnya sibuk berjuang untuk hidup. Mengejar nikmat atau berfoya-foya bukan obat yang mujarab.

Jika orang hidup sendiri-sendiri dan cukup makmur, tanpa kemampuan atau kesempatan untuk mencipta atau untuk melakukan aksi yang berguna, maka sulit diterka ke mana ia akan berpaling berpaling untuk memberi arti dan tujuan pada jalannya mengarungi lembah kehidupan.

Penutup.


kebosanan dapat menerangkan mengapa hampir tanpa kecuali para 'gadis tua' dan wanita setengah baya ikut terlibat gerakan massa lahir. bahkan dalam hubungan dengan agama Islam dan gerakan Nazi sekalipun, yang tidak suka melihat kegiatan wanita di lua ruma, kita jumpai wanita jenis tertentu memainkan perannan penting pada tahap pertama perkembangan gerakan massa yang sangat massif.

ada khadijah di sisi nabi. selalu ada wanita yang mempesona hati disetiap pemimpin-pemimpin besar. namun tidak untuk mengekang Amirul mukminin untuk berbuat segala sesuatu yang di anut oleh ajaran masing- masing pemimpin.


ada batasan-batasan dalam setiap gerakan wanita-wanita tua baik dari hukum syariah maupun  hukum Norma manusia.
tinggal anda sebagai pembaca budiman yang menilai dengan mengirim tulisan yang masih terkait bahwa apakah pasca onani 15 tahun onani reformasi, sudah siapkah kekuatan masyarakat dalam menghimpun opini segala ketidak-becusan, ketidak-beresan sang pemimpin bar-bar dari jawa dengan istrinya sang cleopatra yang mampu menundukkan ke-barbaran suami nya, siap untuk di tendang pada pembacaan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN).  atau masih harus menunggu ulang tahun kemerdekaan 100% tahun depankah..? atau 10 tahun lagi ? atau seratus tahun lagi.
Teruntuk padi yang semakin waspodo.

teruntuk padi yang semakin tidak bijak dalam kata dan aksara kehidupan serta norma minor maupun mayor.
Teruntuk daun muda yang mengkerut...

generasi mu harus di hapus dari sejarah.

kepalamu harus di tebas sehingga tidak melahirkan generasi kelam seperti kami
Teruntuk benih yang tertaman.

Wasalam.
Jakarta. Salemba Raya

Agung Tuanany

nb: tulisan ini pun telah di muat di kompasiana.   


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar





Agung Tuanany

Salemba Raya
Penajra Bau-Tanah