Ah.. Andai dan Jika
FIKSI| 25 July 2013 | 04:16
Andai saja ..
aku hidup di zaman mu
mungkin aku sudah ludahi kamu semua.
andai saja..
aku hidup di era mu
mungkin aku sudah menjadi laskar.
andai saja..
aku hidup di Orde mu
aku sudah jadi buronan subversif.
andai saja..
aku hidup di Istanamu
aku sudah seperti macan ompong.
andai saja..
aku hidup di zaman mu
aku melihat sosok mu yang hilang
yang hanya kulihat dari ceritera-ceritera saja.
andai saja..
kamu lebih waspada
kamu pasti tidak semena-mena.
andai saja...
kamu lebih pintar
kamu pasti lebih mencerna
makanan yang kamu makan.
minuman yang kamu minum.
kerjaan yang kamu kerjakan.
kamu pasti tidak mau main-main dalam hidup ini,
hidup ini sudah ada yang menggariskan.
andai saja aku melihat mu..
pasti langitnya jingga terus.
andai saja mata mu..
tak seperti belati
pasti terus ku jaga pandangan ku.
andai saja baju mu..
tak seperti baju pramuka
pasti kau tak menjaga di setiap perempatan jalanan
yang memacetkan lampu merah.
instruksi-intsruksi mu
sudah tak di indah-kan lagi.
andai Instruksi-instruksi mu..
adalah instruksi yang baik
pasti hasil nya akan baik.
ternyata setiap hari kamu muncul di televisi
setiap hari aku harus ganti channel nya.
ternyata setiap hari kamu bikin diskusi
hanya berbicara bagaimana membohongi..
hanya berbicara bagaimana menghisap..
hanya berbicara bagaimana menggauli..
hanya berbicara bagaimana mengamankan posisis.
hanya berbicara bagaimana mengamankan kursi.
hanya berbicara bagaimana mendapatkan mobil harier.
saking jumud nya..
kau ancam anti bodi hukum.
saking jumud nya mencari yang halal
kau ajarkan aku menjual kepala-kepala gerombolan basis rakyat.
kau bilang ini adalah jalan kebahagiaan.
aku bilang ini adalah jalan kemunafikkan intelektual.
kau bilang berpolitik tanpa strategi itu ngawur
kau bilang berpolitik tanpa hati itu kejam.
kau memang binatang.
memangnya berpolitik itu salah satu medan jihad apa.
memang kau pandai berkungfu panda.
Dengan menyebut nama Tuhanku yang maha pengasih lagi maha penyayang.
apakah tidak pernah datang kabar gembira padamu.
apakah tidak pernah datang kabar padamu..
wajah mu seperti wajah ketakutan saja.
jangan kau ajari aku seperti kue apem yang lembek.
jangan kau saling menjatuhkan.
nanti melempem.
Teruntuk padi yang masih mempunyai hati yang baik
Teruntuk daun muda yang mengkerut.
Teruntuk Benih yang tertanam.
kuatkan akar mu.
Wasalam.
Jakarta. Salemba Raya.
Agung Tuanany
nb: tulisan ini pun telah di muat di kompasiana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Agung Tuanany
Salemba Raya
Penajra Bau-Tanah